Jumat, 08 Oktober 2010

Jum'at, 24 September 2010 , 10:40:00
Melihat Produksi UKM Celana Jeans Sukamakmur (1)
Bahan dari Jakarta, Diekspor ke Nigeria


Kreativitas warga Kampung Jogjogan, Desa Wargajaya, Kecamatan Sukamakmur, patut diapresiasikan. Betapa tidak, limbah celana jeans Levi’s yang tadinya tak berguna, disulap menjadi suatu yang bermanfaat. Seperti apa?

Laporan: Rico Afrido Simanjuntak

SUKAMAKMUR merupakan kecamatan hasil pemekaran dari Jonggol yang berada di perbukitan. Untuk mencapai daerah tersebut, dibutuhkan perjalanan sekitar dua jam dari Kecamatan Citeureup.

Kondisi jalan yang berkelok dan naik turun, membuat kita harus ekstra hati-hati. Kendati begitu, pemandangan alamnya cukup menakjubkan. Hamparan persawahan yang hijau berbentuk terasering, banyak dijumpai di sana. Sesampainya di wilayah Sukamakmur, tepatnya di Kampung Jogjogan, Desa Wargajaya, suasana terlihat sepi. Waktu baru menunjukkan pukul 10:35, namun cuaca pada saat itu cukup panas.

Ketika menyambangi salah satu rumah warga di sana, wartawan koran ini langsung disambut senyuman seorang ibu tiga anak, Maryani (25).

Sambil berbincang-bincang, ia terlihat sibuk menjahit. Ketika ditanya, pekerjaannya itu merupakan tugas dari Usaha Kecil Menengah (UKM) Konveksi di kampungnya, membuat celana jeans dari limbah celana Levi’s.

Ya, UKM Konveksi merupakan home industry yang bergerak di bidang busana, tepatnya celana panjang. Patut diberi apresiasi memang, karena UKM Konveksi mengolah limbah celana jeans Levi’s menjadi celana jeans yang bermanfaat dan bernilai. “Membuatnya di rumah warga masingmasing. Nanti, kalau sudah selusin disetor ke UKM Konveksi,” ujarnya.

Tiap lusinnya, celana jeans yang ia buat, dihargai Rp30 ribu. Sedikitnya, 60 KK di Kampung Jogjogan bekerja sebagai buruh di UKM Konveksi itu. Tugasnya berbeda-beda. Ada yang menjahit, membuat pola, menggunting dan sebagainya.

Sementara itu, pemilik UKM Konveksi, Asep Hendra (39) mengatakan, bahan-bahan limbah celana jeans Levi’s didapat dari daerah Cikunir Jakarta. “Selain ke Jakarta, celana jeans buatan kami diekspor ke Nigeria,” imbuhnya. (*)
Senin, 19 Juli 2010 , 13:49:00
Pasirmukti, Desanya Siaga Narkoba (3-Habis)
Pengawasan Diperketat, RY Tuntut Komitmen Warga


KEPSEn: ROMPI: Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf tengah memasangkan rompi kepada anggota satgas antinarkoba, pada peresmian Desa Siaga Narkoba Pasirmukti, 13 Juli lalu.
Peredaran narkotika di Bogor masuk dalam kategori salah satu yang tertinggi di Jawa Barat. Itu sebabnya, Badan Narkotika Kabupaten (BNK) begitu serius dengan pencegahan dan penyebaran narkoba di wilayah Kabupaten Bogor. Sehingga, Desa Pasirmukti dicanangkan menjadi Desa Siaga Narkoba pada 13 Juli lalu.

Laporan: Rico Afrido Simanjuntak

Berdasarkan data Badan Narkotika Provinsi (BNP), Jawa Barat menempati urutan ketiga peredaran narkoba di Indonesia setelah Sumatera Utara dan DKI Jakarta. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengawasan dari masyarakat, sehingga pengedar narkoba dapat dengan leluasa melakukan operasinya. Kondisi itulah yang mendasari mengapa Desa Pasirmukti dicanangkan sebagai Desa Siaga Narkoba di Kabupaten Bogor.

Melalui pencanangan tersebut, Bupati Bogor Rachmat Yasin (RY), mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengharamkan narkoba di Kabupaten Bogor.

Sebagai wilayah yang pernah menjadi titik produksi narkoba secara nasional, kata RY, kini saatnya seluruh komponen masyarakat harus memiliki komitmen. “Dengan letak wilayah yang berdampingan dengan Jakarta, membuat kita seringkali dijadikan sebagai tempat penyebaran narkoba. Karena itu, kita harus tunjukkan komitmen untuk mengata kan tidak pada penyalahgunaan narkoba. Tidak ada masyarakat yang ingin desanya jadi tempat penyebaran narkoba,” tuturnya.

RY pun mengakui kerentanan wilayahnya itu. Dibuktikan dengan beberapa kejadian penggerebekan tempat produksi narkoba. Mulai dari penggerebekan di perkebunan sawit Cariu, Cileungsi, pabrik sabu di Gunungputri hingga yang terakhir penggerebekan peredaran 10 kilogram ganja kering di Citeureup.

Menurut dia, dampak peredaran narkoba saat ini sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data statistik pada 2008/2009, angka kematian yang disebabkan narkoba per harinya mencapai 40 jiwa di Indonesia. Artinya, lanjut dia, dari jumlah penduduk Indonesia saat ini, ada sekitar dua persen orang yang terkena narkoba. “Kalau di Kabupaten Bogor ada 4,7 juta jiwa, artinya di Kabupaten Bogor ada sekitar 20.000-an orang yang terkena narkoba, dan 60 persennya terkena HIV AIDS,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa peredaran narkoba di Indonesia merupakan nomor satu di dunia saat ini. “Katanya narkoba di Indonesia itu lebih nendang. Selain itu bahan produksinya juga sudah sering diekspor. Maka dari itu perlu diberantas,” tegasnya.(*)
Sabtu, 17 Juli 2010 , 12:29:00
Pasirmukti, Desanya Siaga Narkoba (2)
Kerahkan Seratus Satgas, Monitoring Tiap Wilayah


Selain konsen mencegah penyebaran narkoba, terpilihnya Desa Pasirmukti sebagai Desa Siaga Narkoba, juga karena pemerintah dan masyarakatnya dinilai peduli pada program pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN).

Laporan: Rico Afrido Simanjuntak

Desa Pasirmukti, Kecamatan Citeureup, merupakan desa yang subur dan kaya akan panorama alam. Di desa itu, terdapat sebuah tempat wisata bernama Kebun Wisata Pasirmukti, yang digunakan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan pertanian bagi pengunjung, khususnya generasi muda Indonesia.

Siapa sangka, Desa Pasirmukti juga merupakan daerah yang peduli terhadap pencegahan dan penyebaran narkoba, yang diimplementasikan pada program P4GN. Tak heran, di desa itu terdapat sebuah posko pengamanan, bukan posko siskamling ataupun satpam, melainkan posko Desa Siaga Narkoba.

Posko tersebut berada di Kampung Pasirangin RT 03/04, Desa Pasirmukti, Kecamatan Citeureup, yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pencegahan dan penyebaran narkoba.

Untuk menjalankan program tersebut, dibentuklah satgas narkoba. Dan sudah terpilih seratus personel. Pada hari peresmian Desa Siaga Narkoba pada 13 Juli lalu, para satgas yang merupakan relawan dari tiap desa se-Kecamatan Citeureup itu, langsung mendapat penyuluhan dari Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat.

Satgas tersebut akan bertugas mencegah peredaran narkoba di wilayah Pasirmukti, dengan mengadakan monitoring tiap wilayah. Kemudian, melaporkan perkara yang ditemukan ke pihak berwajib.

Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Bogor Nurhayanti, tingkat kerawanan penyebaran narkoba di Desa Pasirmukti, cukup tinggi. Karena dekat dengan ibukota Kabupaten Bogor dan Jakarta.

“Makanya, pencanangan dan pembinaan Desa Siaga Narkoba ini, diharapkan dapat meningkatkan imunitas warga, membangun jejaring masyarakat, serta mampu meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kewaspadaan terhadap peredaran narkoba,” tuturnya. (ico)
Jum'at, 16 Juli 2010 , 13:39:00
Pasirmukti, Desanya Siaga Narkoba (1)
Terpilih karena Konsen Cegah Penyebaran Narkotika


Jangan harap, pengedar narkoba bisa berkeliaran di Desa Pasirmukti Kecamatan Citeureup. Pasalnya, tepat pada 13 Juli kemarin, desa tersebut resmi menjadi Desa Siaga Narkoba.

Laporan : Rico Afrido Simanjuntak

Pagi itu tepat pukul 08:00 WIB, pelajar dengan pakaian pramuka berbaris rapi berhadap-hadapan pada sebuah gang, di Kampung Pasir Angin RT 03/04, Desa Pasirmukti, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Mereka berjumlah sekitar puluhan orang. 50 meter dari barisan pelajar, berkumpul ratusan warga.

Setelah dicari tahu, ternyata mereka tengah menunggu rombongan Wakil Gubernur (wagub) Jawa Barat Dede yusuf, dan Bupati Bogor Rachmat Yassin yang akan berkunjung ke kampung mereka.

Tepat pukul 09:00 rombongan pun tiba, dan langsung disambut persembahan musik marawis dari barisan pelajar. Teriakan dari warga pun muncul ketika wagub beserta rombongan berjalan menuju bangku yang telah tersedia.

Kedatangan wagub yang juga sebagai Ketua Umum Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat itu, ternyata untuk meresmikan Desa Pasirmukti Kecamatan Citeureup sebagai Desa Siaga Narkoba.

Dalam kesempatan itu, wagub yang juga sebagai Ketua Umum Badan Narkotika Propinsi (BNP) Jawa Barat, merasa bahagia karena Kabupaten Bogor mampu menunjukkan konsistensinya pada pencegahan penyebaran Narkoba.

Apalagi, katanya, Provinsi Jawa Barat masuk dalam tiga besar peredaran narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) di Indonesia. Sementara Kota dan Kabupaten
Bogor, masuk dalam kategori wilayah dengan tingkat peredaran narkoba tertinggi di Jabar.

Kondisi ini, kata wagub, harus disikapi secara serius jika tidak mau generasi muda di Jabar hancur hanya kerena barang haram itu. “Data yang kami dapat, Jabar menempati daerah ketiga di Indonesia untuk peredaran narkoba setelah Sumatera Utara dan DKI Jakarta,” ujarnya.

Kondisi ini, tambahnya, harus disikapi juga oleh pucuk pimpinan di Kota dan Kabupaten Bogor. Makanya, bertepatan dengan kegiatan yang dilakukan oleh BNP tersebut, Pemprov Jabar mencanangkan Desa Pasirmukti Kabupaten Bogor sebagai Desa Siaga Narkoba.

“Peredaran narkotika di Bogor masuk dalam kategori salah satu yang tertinggi di Jabar. Karena itu. Kabupaten Bogor dan dua daerah lainnya di Jabar dicanangkan sebagai sasaran program desa siaga narkoba,” ujar Wagub.(*)

Kamis, 07 Oktober 2010



Kamis, 16 September 2010 , 10:10:00
 

POPULASI : Beberapa ekor rusa tampak bergerombol dalam kawasan penangkaran WWTPR.
Keberadaan populasi rusa di Wisata Taman Pendidikan Rusa (WWTPR)
Tanjungsari, tidak hanya bisa dinikmati sebagai objek wisata. Jika
populasinya meningkat atau berlebih, rusa-rusa tersebut bisa diperjual belikan.

Laporan : Rico Afrido Simanjuntak

KEDENGARANNYA aneh memang. Tapi rusa di WWTPR memang boleh
dibeli melalui Perhutani Bogor. Saat ini rusa-rusa di WWTPR berjumlah 64 ekor.

Pertanyaannya, apakah rusa yang dibeli itu untuk dikonsumsi? Penjaga dipenangkaran
rusa ini juga tak mengetahuinya. Yang pasti, mereka mengaku tak mau menyembelih dan
memakannya. "Bagi yang tertarik membeli bisa menghubungi Perum Perhutani KPH
Bogor," ujar Asisten Pengelola Penangkaran Rusa WWTPR, Agus Suprianto.

Untuk harga, menurutnya bervariasi. Antara dua hingga lima juta per ekor. "Tergantung
dari jenis, umur dan berat badan rusa. Yang termahal adalah Rusa Totol, harganya bisa
mencapai Rp10 juta per ekor," tutur Agus.

Sayang memang jika rusa-rusa tersebut diperjual belikan. Karena cukup menarik jadi
objek wisata. Apalagi tingkah polanya. Bukan hanya kepada para penjaga, kepada
wartawan koran ini pun, rusa-rusa itu begitu jinak.

Ketika didekati, rusa-rusa itu tanpa ragu mendekat seolah meminta makan. menyenangkan,
ketika memberikan makan rusa dengan tangan sendiri.

Makanan kesukaan hewan herbivora ini yakni buah-buahan manis. Mereka akan antusias
mendekat jika dipanggil sambil mengacungkan sekepal buah-buahan. “Setiap harinya,
rusa-rusa tersebut diberi makan ubi jalar dan dedak. Masing-masing 60 kilogram
per hari,” tutur Agus.

Uniknya, menurut dia, rusa di WWTPR takut dengan pengunjung berpakaian dokter.
Rusa-rusa di sini (WWTPR, red) kata Agus, akan sontak berlarian menjauh, jika
ada orang atau pengunjung dengan pakaian putih-putih ala dokter.

“Mungkin karena mereka (rusa, red) sering dikejar-kejar dokter hewan yang rutin
berkunjung ke sini (WWTPR, red) untuk disuntik.

Jadi pada takut kalau melihat orang berpakaian seperti dokter,” kata Agus sambil
tersenyum.

“Jadi, jika ingin memberi makan rusa, jangan berpakaian mirip seorang dokter.
Dijamin rusanya bakal lari bersembunyi di antara semak semak,” katanya. (*)


 
Rabu, 15 September 2010 , 13:03:00
 
Lokasi Wana Wisata Taman Pendidikan Rusa (WWTPR) di Desa Buanajaya, Kecamatan Tanjungsari cukup layak menjadi habitat rusa. Karena suhu udaranya cocok dengan kehidupan hewan tersebut, yakni minus 20 sampai 30 derajat celsius pada ketinggian 200\500 mdpl. Namun sayang, hingga kini tempat tersebut masih sepi pengunjung.

Laporan: Rico Afrido Simanjuntak

Lokasi penangkaran rusa WWTPR ini dekat dengan lahan kosong seluas sepuluh hektare milik pengacara senior, Adnan Buyung Nasution. Jika berjalan menuju penangkaran dari loket masuk, pengunjung pasti melewati lahan kosong yang digarap warga sekitar. Lahan itulah yang dimiliki pengacara kondang tersebut.

Lokasi penangkaran pun cukup menyegarkan mata. Betapa tidak, ketika mendekati penangkaran, tampak hamparan lapangan hijau yang luas dengan latar belakang pegunungan. Rimbunan pepohonan menambah sejuk suasana penangkaran.

Selain lahan tempat tinggal rusa, di WWTPR masih ada dua hektare lahan yang dikhususkan untuk penanaman atau pemeliharaan rumput, deposit makanan utama rusa.

Selain itu, masih ada lagi dua hektare lahan yang bisa digunakan untuk berkemah atau melakukan aktivitas wisata alam lain bagi para pengunjung. Seperti, outbond, flying fox, tenda dan camping ground.

Sebelumnya, ketika menuju lokasi penangkaran, pengunjung harus melewati sebuah anjungan bambu dengan panjang sekitar 60 meter dan berakhir pada sebuah gazebo.

Sungguh pemandangan yang indah. Berada di atas anjungan melihat rusa-rusa yang berkumpul di lapangan hijau dengan latar belakang pegunungan.

Ketika, wartawan koran ini menyambangi lokasi, seorang asisten pengelola penangkaran, Agus Suprianto (32), nampak membawa karung ubi sambil mengeluarkan suara aneh dari mulutnya. “Nguk, nguk, nguk, nguk....”.

Rusa-rusa yang tadinya tengah beristirahat, langsung mendekati Agus di luar penangkaran.

Ubi-ubi dalam karung pun disebar dan langsung dimakan rusa-rusa itu. "Ubi ini hanya makanan tambahan," kata Agus.

WWTPR buka mulai pukul 07:30 hingga 17:00. Namun sayang, selalu sepi pengunjung. Ketika ditanya jumlah tiap harinya, Agus mengatakan hampir tak ada pengunjung jika di hari biasa.

"Adapun pengunjung yang datang mayoritas dari Jakarta, Cianjur dan Bekasi, itu juga tak banyak. Minggu saja, rata-rata sekitar sepuluh orang," pungkasnya. (*)


 
Selasa, 14 September 2010 , 13:18:00
 
Penangkaran rusa di Desa Buanajaya, Kecamatan Tanjungsari ini tak banyak diketahui orang. Lokasinya sepi dan jauh dari keramaian. Padahal, penangkaran tersebut sudah ada sejak 1993.

Laporan: Rico Afrido Simanjuntak

Wartawan koran ini berkesempatan mengunjungi Wana Wisata Taman Pendidikan Rusa (WWTPR) di daerah Tanjungsari, Kabupaten Bogor, kemarin. Meski lokasinya cukup jauh, jalur yang dilalui sudah lumayan bagus.

Untuk menuju lokasi penangkaran milik Perhutani Bogor itu, pengunjung dapat melalui Jalan Raya Alternatif Cibubur-Cileungsi ke arah Jonggol menuju Cianjur. Sementara dari perempatan Cileungsi, perjalanan dapat ditempuh sekitar satu jam.

Namun, karena minimnya papan penunjuk arah, wartawan koran ini sedikit kesulitan menemukan lokasi penangkaran.

Beruntung, masyarakat sekitar sudah sangat mengenal WWTPR.
Dengan petunjuk dari warga sekitar, lokasi yang dituju akhirnya ditemukan. Sebuah papan kecil bertuliskan “Penangkaran Rusa” menyambut kedatangan wartawan koran ini.

Namun, untuk mencapai loket penjagaan, harus melewati jalan berbatu sekitar seratus meter ke dalam.

Dari loket, kita masih harus melewati jembatan gantung sepanjang 50 meter menyeberangi Sungai Cibeet yang cukup lebar.

Cukup ngeri juga, karena jembatan yang hanya terbuat dari anyaman bambu itu selalu goyang ketika dilintasi orang. Semakin cepat berjalan, semakin kencang goyangannya.

Perjalanan menuju penangkaran dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 200 meter melewati hutan kecil dan lokasi perkemahan.

Ketika sampai di lokasi, perjalanan masih harus dilanjutkan dengan memasuki terowongan. Tak lama, penangkaran pun terlihat.

Setibanya di lokasi, nampak rusa-rusa tengah beristirahat di bawah rindangnya pepohonan.

Saat ini ada sekitar 64 ekor rusa di WWTPR. Mereka terdiri dari Rusa Jawa (Cervus timorenis), Rusa Bawean (Axis kuhlii) dan beberapa Rusa Totol (Axis axis).

Populasi ini cukup ideal untuk lokasi penangkaran seluas lima hektare," ujar Agus Suprianto (32), asisten pengelola penangkaran. (*)