Jumat, 08 Oktober 2010

Senin, 19 Juli 2010 , 13:49:00
Pasirmukti, Desanya Siaga Narkoba (3-Habis)
Pengawasan Diperketat, RY Tuntut Komitmen Warga


KEPSEn: ROMPI: Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf tengah memasangkan rompi kepada anggota satgas antinarkoba, pada peresmian Desa Siaga Narkoba Pasirmukti, 13 Juli lalu.
Peredaran narkotika di Bogor masuk dalam kategori salah satu yang tertinggi di Jawa Barat. Itu sebabnya, Badan Narkotika Kabupaten (BNK) begitu serius dengan pencegahan dan penyebaran narkoba di wilayah Kabupaten Bogor. Sehingga, Desa Pasirmukti dicanangkan menjadi Desa Siaga Narkoba pada 13 Juli lalu.

Laporan: Rico Afrido Simanjuntak

Berdasarkan data Badan Narkotika Provinsi (BNP), Jawa Barat menempati urutan ketiga peredaran narkoba di Indonesia setelah Sumatera Utara dan DKI Jakarta. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengawasan dari masyarakat, sehingga pengedar narkoba dapat dengan leluasa melakukan operasinya. Kondisi itulah yang mendasari mengapa Desa Pasirmukti dicanangkan sebagai Desa Siaga Narkoba di Kabupaten Bogor.

Melalui pencanangan tersebut, Bupati Bogor Rachmat Yasin (RY), mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengharamkan narkoba di Kabupaten Bogor.

Sebagai wilayah yang pernah menjadi titik produksi narkoba secara nasional, kata RY, kini saatnya seluruh komponen masyarakat harus memiliki komitmen. “Dengan letak wilayah yang berdampingan dengan Jakarta, membuat kita seringkali dijadikan sebagai tempat penyebaran narkoba. Karena itu, kita harus tunjukkan komitmen untuk mengata kan tidak pada penyalahgunaan narkoba. Tidak ada masyarakat yang ingin desanya jadi tempat penyebaran narkoba,” tuturnya.

RY pun mengakui kerentanan wilayahnya itu. Dibuktikan dengan beberapa kejadian penggerebekan tempat produksi narkoba. Mulai dari penggerebekan di perkebunan sawit Cariu, Cileungsi, pabrik sabu di Gunungputri hingga yang terakhir penggerebekan peredaran 10 kilogram ganja kering di Citeureup.

Menurut dia, dampak peredaran narkoba saat ini sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data statistik pada 2008/2009, angka kematian yang disebabkan narkoba per harinya mencapai 40 jiwa di Indonesia. Artinya, lanjut dia, dari jumlah penduduk Indonesia saat ini, ada sekitar dua persen orang yang terkena narkoba. “Kalau di Kabupaten Bogor ada 4,7 juta jiwa, artinya di Kabupaten Bogor ada sekitar 20.000-an orang yang terkena narkoba, dan 60 persennya terkena HIV AIDS,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa peredaran narkoba di Indonesia merupakan nomor satu di dunia saat ini. “Katanya narkoba di Indonesia itu lebih nendang. Selain itu bahan produksinya juga sudah sering diekspor. Maka dari itu perlu diberantas,” tegasnya.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar